Postingan

Resensi Buku: Kambing dan Hujan, Mahfud Ikhwan

KAMBING DAN HUJAN Judul                : Kambing dan Hujan Penulis             : Mahfud Ikhwan Penerbit             : Bentang (PT Bentang Pustaka) Tahun   terbit     : Edisi kedua, Cetakan pertama, April 2018 Tebal buku        : viii + 380 hlm. Harga                 : Rp79.000,00 “ …seperti kambing dan hujan—sesuatu yang hampir mustahil dipertemukan. ” SINOPSIS “ Miftahul Abrar tumbuh dalam tradisi Islam modern. Latar belakang itu tidak membuatnya ragu mencintai Nurul Fauzia, yang merupakan anak seorang tokoh Islam tradisional. Namun, seagama tidak membuat hubungan mereka baik-baik saja. Perbedaan cara beribadah dan waktu hari raya serupa jembatan putus yang memisahkan keduanya, termasuk rencana pernikahan mereka. Hubungan antara Mif dan Fauzia menjelma tegangan antara hasrat dan norma agama. Ketika cinta harus diperjuangkan melintasi jarak kultural yang rasanya hampir mustahil mereka lalui, Mif dan Fauzia justru menemukan rahasia yang selama ini dikubu

Aku Anak Siapa?

Aku Bun.             Barangkali memang itu namaku, tak tahu apa kepanjangannya. Ibuk biasa memanggilku begitu. Orang bilang karena aku gendut, jadi dipanggillah begitu.             Ibuk. Dialah permataku. Satu-satunya temanku. Pendongeng terbaik sepanjang hidupku.             Bukan—kerja ibuk bukan pendongeng. Sehari-harinya ia bekerja. Tak tahu kerja apa. Orang-orang bilang ibuk ‘hancur’. Nama profesinya pun mirip-mirip kata ‘hancur’. Tapi tak apa. Bagiku, ibuk lah satu-satunya pahlawanku.             Suatu kali, ia bercerita tentang ayah-kakekku. Katanya, beliau itu tentara Belanda. Badannya tegap, gagah. Garis wajahnya tegas, bak dipahat pematung kenamaan. Hidungnya mancung. Tatapan matanya tajam, warna sejernih lautan.             Ah, pasti tampan sekali. Berbeda dengan lelaki pribumi, katanya. Pakaiannya pun rapih dan seragam. Tak lusuh, apalagi rombeng.             “Beliau pastilah orang hebat.” Pikirku. Meski akupun tak pernah melihatnya. Bahkan tak tahu Belanda

[Rindu;Sendu]

Senja kali ini sendu Kupakai waktuku untuk merindu Kata siapa rindu itu melelahkan? Justru rindulah yang menguatkan Mengajarkan aku arti sebuah kesabaran, Kekuatan, Ketegaran, Tapi tak lepas dari kesedihan, Kecemasan, Ketakutan, Bagaimana jika hanya aku yang merindu? Bandung, [mungkin] 24 Februari 2018

Permulaan

Ini adalah blog pribadi untuk konsumsi sendiri Mengenai "Haliwar", artinya adalah angin ribut . Tidak bermaksud apa-apa, cuma mencomot sebagian kecil dari saya — seorang penikmat teh atau penggila kopi (meskipun sudah lama tidak menyeruput kafein lagi). Hei aku. Selamat menikmati karyamu sendiri. Bandung, Kamis, 12 April 2018 9:07 AM — haize